Archive for Juni 2014
Pemilihan Presiden
Marhaban yaa Ramadhaan..
Hari Minggu tanggal 29 juni 2014 ditetapkan pemerintah pusat sebagai awal Bulan Ramadhan. Meski ada beberapa golongan umat Islam yang sudah mulai puasa duluan, dari hari sabtu, tapi tak apa-apa lah, perbedaan itu wajar. Asal jangan saling ejek & menyakiti hati.
Nah, kali ini saya bukan mau bercerita tentang puasa, tapi tentang suasana politik negeri kita, Indonesia.
Tak lama lagi, kurang lebih seminggu lagi, kita akan melaksanakan pesta demokrasi tiap 5 tahun sekali, memilih pemimpin yang paling pantas untuk mengatur negara sepanjang London-Teheran ini, apa lagi kalau bukan Pilpres, pemilihan Presiden.
Di Pilpres 2014, ada 2 pasang kandidat capres yakni, yang pertama, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang diusung koalisi partai Gerindra, PAN, Golkar, PPP & terakhir Demokrat yang berlabuh ke kubu prabowo pada tanggal 30 juni 2014 setelah mengklaim netral selama 2 bulan terkhir.
Pasangan capres-cawapres yang kedua yakni Joko Widodo-Jusuf Kallla, diusung koalisi partai PDIP, Nasdem, PKB & Hanura.
Ada banyak hal menarik yang dapat kita amati bersama di ajang Pilpres tahun ini. Yang paling menggelitik hati bagi saya sebagai salah satu pemilih pemula yang masih mempertimbangkan pilihan (swing voter) adalah peperangan antar pendukung kedua kubu kandidat di berbagai media informasi. Mulai dari jejaring internet seperti Facebook, Twitter, Kaskus, bahkan media pemberitaan cetak online seperti Kompas, Tempo & merdeka.com di kubu Jokowi disusul Inilah.com, pkspiyungan.org, & voa-islam.com di kubu Prabowo.
Itu baru dari jejaring internet. Dari sektor pertelevisian juga ikut meramaikan suasana "perang" antar pendukung Prabowo-Jokowi. Coba saja tonton berita di TV one, kebanyakan pemberitaannya condong tentang hal positif mengenai Prabowo seperti tegas, anti pengaruh asing & berpenampilan gagah seperti layaknya tokoh militer pada umumnya. Akan tetapi TV one tak habis-habisnya menceritakan segala kelemahan Jokowi, baik kelemahan ketika jadi walikota Solo, gubernur DKI Jakarta, maupun sikapnya yang dituding hanya pencitraan di depan kamera.
Sebaliknya, di Metro TV, jokowi didewakan sebagai tokoh yang jujur merakyat dengan hobi blusukan ke daerah. Malah Metro TV selalu melaknat Prabowo dengan tuduhan penculik 14 orang aktivis HAM di era reformasi.
Mereka saling tuduh menuduh mengenai kelebihan capres pilihan masing-masing & kekurangan capres kubu lawan. kalau perut anda tak kuat, bisa-bisa anda muntah menyaksikan berbagai jenis kampanye mereka. kita juga dibuat bingung membedakan mana yang negative campaign (menyebutkan kelemahan lawan dengan menyebutkan fakta asli) & mana yang black campaign (fitnah ke lawan). Kita sebagai rakyat, tentunya sebagai sasaran kampanye tim pemenangan kedua capres, harus pandai-pandai memilih siapa yang pantas memimpin kita.
Oleh karena itu, saya akan memberikan tips untuk memilih capres bagus yang akan kita pilih tanggal 9 juli kelak :
1. Lihat Rekam Jejak
cari kiprah calon & apa saja "peninggalan" yang sudah diberikannya kepada karirnya terdahulu. Contohnya Jokowi yang rekam jejaknya sebagai pengusaha mebel yang mulanya masuk ke dunia politik sebagai Walikota Surakarta, lalu menjadi Gubernur DKI Jakarta. Lihat apa saja hal yang sudah dilakukannya selama menjabat. Apakah ada atau tidak kasus korupsi yang menjerat dia. Itulah yang akan menjadi patokan layak tidaknya sang calon untuk duduk di Istana negara.
2. Bandingkan keselarasan ucapan dengan perbuatan.
Rajin-rajinlah membuka berbagai situs berita, jangan hanya satu situs web, di internet untuk mengetahui apa saja hal yang sudah diucapkan kedua calon dari dulu sampai sekarang. cek juga kebenarannya, jangan langsung diterima mentah-mentah. Lalu bandingkan dengan perbuatannya. Cocok apa tidak.
3. Lihat debat capres.
Kalau anda belum sempat menonton debat capres-cawapres yang telah lewat di televisi, tak ada salahnya anda membuka Youtube & menonton setiap debat yang sampai sekarang sudah 4 kali dlaksanakan oleh KPU pusat. kenapa harus nonton? tentu sebuah kesalahan fatal jika kita hanya percaya pada pernyataan media pemberitaan & pendapat para pengamat politik yang cenderung berpihak pada salah satu kubu. Lebih baik kita sendiri yang melihat seberapa bagus kualitas kedua pasangan capres. Berikut tema debat yang telah diselenggarakan KPU :
a. Senin, 9 Juni 2014 : Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih dan Penegakan Hukum (Capres-Cawapres)
b. Minggu, 15 Juni 2014 : Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial (capres-cawapres)
c. Minggu, 22 Juni 2014 : Politik Internasional dan Ketahanan Nasional (Capres)
d. Minggu, 29 juni 2014 : Pengembangan Sumber Daya Manusia dan IPTEK (Cawapres)
4. Jangan terpengaruh pendukung
Tak semua pendukung, terutama di media sosial, mengutarakan kalimat dukungannya dengan kata-kata yang baik. Sering kali ia hina habis-habisan capres yang tidak ia dukung. Ini bukanlah hal yang patut kita contoh. jadi jangan terpengaruh oleh pendukung yang hanya bisa mencaci, tanpa memberikan bukti konkret kebaikan capres dukungannya.
5. Amati terus perkembangan pemilu
Jangan menutup diri dari kabar pemilu hanya karena kita tidak berminat dengan politik. Sadarilah bahwa capres yang kelak terpilih berpengaruh terhadap kita sebagai rakyat yang dipimpin. Jika pemimpinnya bagus, tentunya kita akan mendapatkan hasil yang bagus pula. Sebaliknya, jika pemimpin bobrok, bukan tak mungkin rakyat akan menderita & negara kita menjadi terbelakang. Oleh karena itu, ikutilah terus berita perkembangan politik saat ini.
Dengan melakukan 5 hal di atas, saya rasa anda sudah bisa menentukan siapa calon presiden & wakil presiden yang menjadi idola anda. Selamat berdemokrasi!
Hari Minggu tanggal 29 juni 2014 ditetapkan pemerintah pusat sebagai awal Bulan Ramadhan. Meski ada beberapa golongan umat Islam yang sudah mulai puasa duluan, dari hari sabtu, tapi tak apa-apa lah, perbedaan itu wajar. Asal jangan saling ejek & menyakiti hati.
Nah, kali ini saya bukan mau bercerita tentang puasa, tapi tentang suasana politik negeri kita, Indonesia.
Tak lama lagi, kurang lebih seminggu lagi, kita akan melaksanakan pesta demokrasi tiap 5 tahun sekali, memilih pemimpin yang paling pantas untuk mengatur negara sepanjang London-Teheran ini, apa lagi kalau bukan Pilpres, pemilihan Presiden.
Di Pilpres 2014, ada 2 pasang kandidat capres yakni, yang pertama, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang diusung koalisi partai Gerindra, PAN, Golkar, PPP & terakhir Demokrat yang berlabuh ke kubu prabowo pada tanggal 30 juni 2014 setelah mengklaim netral selama 2 bulan terkhir.
Pasangan capres-cawapres yang kedua yakni Joko Widodo-Jusuf Kallla, diusung koalisi partai PDIP, Nasdem, PKB & Hanura.
Ada banyak hal menarik yang dapat kita amati bersama di ajang Pilpres tahun ini. Yang paling menggelitik hati bagi saya sebagai salah satu pemilih pemula yang masih mempertimbangkan pilihan (swing voter) adalah peperangan antar pendukung kedua kubu kandidat di berbagai media informasi. Mulai dari jejaring internet seperti Facebook, Twitter, Kaskus, bahkan media pemberitaan cetak online seperti Kompas, Tempo & merdeka.com di kubu Jokowi disusul Inilah.com, pkspiyungan.org, & voa-islam.com di kubu Prabowo.
Itu baru dari jejaring internet. Dari sektor pertelevisian juga ikut meramaikan suasana "perang" antar pendukung Prabowo-Jokowi. Coba saja tonton berita di TV one, kebanyakan pemberitaannya condong tentang hal positif mengenai Prabowo seperti tegas, anti pengaruh asing & berpenampilan gagah seperti layaknya tokoh militer pada umumnya. Akan tetapi TV one tak habis-habisnya menceritakan segala kelemahan Jokowi, baik kelemahan ketika jadi walikota Solo, gubernur DKI Jakarta, maupun sikapnya yang dituding hanya pencitraan di depan kamera.
Sebaliknya, di Metro TV, jokowi didewakan sebagai tokoh yang jujur merakyat dengan hobi blusukan ke daerah. Malah Metro TV selalu melaknat Prabowo dengan tuduhan penculik 14 orang aktivis HAM di era reformasi.
Mereka saling tuduh menuduh mengenai kelebihan capres pilihan masing-masing & kekurangan capres kubu lawan. kalau perut anda tak kuat, bisa-bisa anda muntah menyaksikan berbagai jenis kampanye mereka. kita juga dibuat bingung membedakan mana yang negative campaign (menyebutkan kelemahan lawan dengan menyebutkan fakta asli) & mana yang black campaign (fitnah ke lawan). Kita sebagai rakyat, tentunya sebagai sasaran kampanye tim pemenangan kedua capres, harus pandai-pandai memilih siapa yang pantas memimpin kita.
Oleh karena itu, saya akan memberikan tips untuk memilih capres bagus yang akan kita pilih tanggal 9 juli kelak :
1. Lihat Rekam Jejak
cari kiprah calon & apa saja "peninggalan" yang sudah diberikannya kepada karirnya terdahulu. Contohnya Jokowi yang rekam jejaknya sebagai pengusaha mebel yang mulanya masuk ke dunia politik sebagai Walikota Surakarta, lalu menjadi Gubernur DKI Jakarta. Lihat apa saja hal yang sudah dilakukannya selama menjabat. Apakah ada atau tidak kasus korupsi yang menjerat dia. Itulah yang akan menjadi patokan layak tidaknya sang calon untuk duduk di Istana negara.
2. Bandingkan keselarasan ucapan dengan perbuatan.
Rajin-rajinlah membuka berbagai situs berita, jangan hanya satu situs web, di internet untuk mengetahui apa saja hal yang sudah diucapkan kedua calon dari dulu sampai sekarang. cek juga kebenarannya, jangan langsung diterima mentah-mentah. Lalu bandingkan dengan perbuatannya. Cocok apa tidak.
3. Lihat debat capres.
Kalau anda belum sempat menonton debat capres-cawapres yang telah lewat di televisi, tak ada salahnya anda membuka Youtube & menonton setiap debat yang sampai sekarang sudah 4 kali dlaksanakan oleh KPU pusat. kenapa harus nonton? tentu sebuah kesalahan fatal jika kita hanya percaya pada pernyataan media pemberitaan & pendapat para pengamat politik yang cenderung berpihak pada salah satu kubu. Lebih baik kita sendiri yang melihat seberapa bagus kualitas kedua pasangan capres. Berikut tema debat yang telah diselenggarakan KPU :
a. Senin, 9 Juni 2014 : Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih dan Penegakan Hukum (Capres-Cawapres)
b. Minggu, 15 Juni 2014 : Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial (capres-cawapres)
c. Minggu, 22 Juni 2014 : Politik Internasional dan Ketahanan Nasional (Capres)
d. Minggu, 29 juni 2014 : Pengembangan Sumber Daya Manusia dan IPTEK (Cawapres)
4. Jangan terpengaruh pendukung
Tak semua pendukung, terutama di media sosial, mengutarakan kalimat dukungannya dengan kata-kata yang baik. Sering kali ia hina habis-habisan capres yang tidak ia dukung. Ini bukanlah hal yang patut kita contoh. jadi jangan terpengaruh oleh pendukung yang hanya bisa mencaci, tanpa memberikan bukti konkret kebaikan capres dukungannya.
5. Amati terus perkembangan pemilu
Jangan menutup diri dari kabar pemilu hanya karena kita tidak berminat dengan politik. Sadarilah bahwa capres yang kelak terpilih berpengaruh terhadap kita sebagai rakyat yang dipimpin. Jika pemimpinnya bagus, tentunya kita akan mendapatkan hasil yang bagus pula. Sebaliknya, jika pemimpin bobrok, bukan tak mungkin rakyat akan menderita & negara kita menjadi terbelakang. Oleh karena itu, ikutilah terus berita perkembangan politik saat ini.
Dengan melakukan 5 hal di atas, saya rasa anda sudah bisa menentukan siapa calon presiden & wakil presiden yang menjadi idola anda. Selamat berdemokrasi!