Rabu, 19 Maret 2014

Pola tingkah orang itu beda-beda. Tinggal bagaimana kita menanggapi dan meresponnya. Itu pun kalau kita ada kontak sama orang lain, semacam sosialisasi la. Lah kalau bukan sama orang, Tarzan juga udah sosialisasi. Tapi sama komunitas monyet pastinya.

Saya pernah lihat orang yang sangaaat diam. Diam, mirip suasana jam 12 malam jumat kliwon di Amazon, Amazon.com. Gak banyak bunyi. Paling bunyi jangkrik doang. Kalau beraktivitas, paling jarang bicara sama orang. Talk less, do more. (ngambil istilah rokok)

Tapi sekali bertingkah, semua orang terkejut. Kebanyakan komentar yang keluar bernada gak percaya.

"Ah, masa' sih?"
"Yakin ni?"

Lain kepala, Lain mulut, lain lidah, Lain pula komentarnya. Tapi mau gak mau, mereka harus percaya kalau memang si diam itulah yang bertingkah.

Kalian paham gak sama penjelasan di atas? Gak kan? Sama, saya juga.

Nah, ada juga orang yang kayak gini. Santai terus, gak ada beban.  Hidup kayak air sungai. Ngalir terus sampai ke laut. Sampai mati maksudnya.

Kalau dikasih tugas sama guru, deadline tanggal 1 januari, lah dia ngumpulnya tanggal 1 juni. Terus kalau nyeritain orang, suaranya Heavy Metal, keras abis. Tapi pas disuruh orasi, dia ogah-ogahan. Biasanya, orang-orang seperti ini masih punya darah Melayu. Termasuk saya juga.

Talk more, do less. Ngebalik istilah rokok.

Ada juga yang sudah punya pasangan hidup, yang sah tentunya, kayak suami atau istri, apalagi punya anak, tapi kalau dalam keadaan tertentu kayak masih bujangan.

Kerja gila-gilaan, dan anehnya, dia menikmati hal yang bagi orang sepertiku disebut siksaan itu. Kerjanya juga bukan satu macam. Ada guru, kuli bangunan, penulis, ibu rumah tangga, penjaga warnet, satpam dan lain-lain.

Jika orang ini bekerja sebagai juru kampanye, maka istilahnya berubah, Talk more, do more. Oh, bukan. Do more, Talk apalagi.

Saya pernah kenal orang yang belajar kayak kerasuk setan. Eh? emang kalau kerasuk setan bisa belajar? Entah lah, gak pernah kerasukan.

Oke, lanjut yang tadi,

Intinya, Talk and Do itu sama pentingnya. Yah, tergantung kita mau porsi yang bagaimana. Itu kan kebutuhan & kenyamanan masing-masing toh. Asalkan 2 aspek itu harus ada.

Jangan cuma Do doang. Nanti dikira maling sama tetangga, atau yang lebih parah, bandar narkoba. Masih mending dikira. Kalau bener, (,,,) Naudzubillah deh, saya bukan orang yang kayak ginian.

Terus jangan Talk doang. Gak bagus. Kata peribahasa :
"Tong kosong nyaring bunyinya."
"Air beriak tanda tak dalam."

Gitulah, kalau mau awet ilmunya, jangan terlalu banyak berbicara, yang omong kosong maksudnya.Lagian, siapa juga yang mau dengar ocehan sampah. Iya kan?

Komentar Anda

Langganan Posting | Langganan Komentar

- Copyright © Faturrachman's Blog -Metrominimalist- Powered by Blogger - Kreasi oleh Faturrachman -