Archive for Februari 2018
Siti Munawwaroh dan ABCDEF
Beberapa hari terakhir aku tidak pernah lagi melihat Siti Munawwaroh, kucing abu-abu yang perutnya menggembung karena hamil besar. Setelah berkeliling kost mencari si Siti, ku dapati ia sedang menyusui anak-anaknya di atas lantai ruang bersana. Entah kapan mereka lahir. yang pasti, anaknya Siti lucu-lucu meski tampak kedinginan. Jadi ku pindahkan Siti & anak-anaknya ke kotak Indomie sisa borongan stok mie bulananku.
Ku hitung anak Siti ada enam ekor. Warna bermacam-macam. Ada hitam legam, abu-abu, kuning bahkan ada satu ekor yang punya tiga warna : kuning, putih & hitam. Setahuku kucing ini disebut kucing calico & pasti berjenis kelamin betina.
Karena ayahnya kabur & menolak bertanggung jawab, aku sebagai pemerhati kucing di area kost berinisiatif memberikan nama untuk anak-anak si Siti.
Mula-mula ku beri 6 inisial dulu : A, B, C, D, E & F. Karena ku tahu ada 1 ekor yang pasti betina, maka ku panjangkan inisial itu jadi 5 nama cowok & 1 nama cewek : Abdi, Bambang, Cahyati, Darmaji, Edi & Fahrudin.
Untungnya tidak ada kewajiban membuat akta lahir kucing, sehingga sewaktu-waktu kelak, aku bisa mengubah nama-nama mereka seenak hatiku.
Ku perhatikan rombongan ABCDEF intens sekali menyusui. Kenyotannya yang kuat membuat bulu-bulu di sekitar kelenjar susu Siti menjadi rontok & botak.
Kasihan kucing janda ini. Menyusui anak dengan mengorbankan penampilan.
Yaa, tumbuhlah besar kucing-kucing pemberani. Semoga kalian bisa mengatasi berbagai tantangan hidup meski keadaan ekonomi, sosial & politik bangsa ini sedang tidak menentu.
Sabtu, 17 Februari 2018
Manis dan Asin
Tidak ada yang lebih menyiksa ketimbang perut yang kelaparan. Oleh karenanya, setelah menghabiskan hari di kamar, aku memutuskan untuk mencari makan. Aku tidak tahu apa yang akan aku beli. Yang ada di pikiranku hanya dua : mau makan yang manis-manis atau yang asin-asin & mengenyangkan?
Bermodal sejumlah uang di dompet, tempat yang ku datangi pertamakali adalah minimarket. Alfamart yang hanya berjarak 200 meter dari kostku. Sampai di sana, aku hanya menoleh kanan kiri, tidak menghiraukan sambutan ramah si kasir.
"Selamat datang di Alfamart, selamat berbelanja."
Angin lalu saja bagiku.
Lagian aku bingung, enaknya makan atau minum yang manis-manis? Selang 5 menit, aku sudah membwa sebungkus roti & sekotak susu kecil. Ku ingin adil pada makanan & minuman manis.
Duduk di teras, ku habiskan keduanya. Sekarang mulutku menjadi terlalu manis & ingin mengonsumsi yang asin-asin. Lagian makan sebungkus roti tidak mengenyangkanku.
Tampaknya warung padang adalah tempat yang tepat untuk memenuhi hasrat makan asin.
Aku tiba disana pukul 8 malam, sudah banyak lauk yang habis setelah seharian. Tapi ku lihat rendang & beberapa lauk pauk masih tersisa. Tidak apa-apa.
"Makan disini bang?", tanya Uda penjaga warung, sebut saja Mawar (23).
"Iya kang.", jawabku. Sudah tahu dia orang Padang, tapi masih saja ku panggil akang.
"Makan apa?"
"Rendang, telor balado ama nasi double ya kang "
"Siap."
Aku selalu suka masakan padang. Selain porsi nasinya yang selalu banyak, biasanya sudah dikasih bonus lauk berupa daun singkong, cabe ijo, kuah yang berminyak kental & sayur nangka. Jadi bisa dibayangkan seberapa penuh piringku.
Sekitar 2 menit, makanan datang. Ku makan dengan lahap seolah belum makan seminggu. Iringan musik pop minang dari speaker di pojok ruangan menambah penghayatan makanku. Rendang terasa lebih empuk, nasi lebih pulen & kuah tetap asin-asin pedas.
Kalau nanti masuk surga, ku mau minta masakan padang & koneksi internet 1 TB/detik ke Tuhan.
15 menit makan, piringku bersih. Bukan karena dicuci, tapi tidak kusisakan 1 butir nasi pun. Bahkan ku jilat piring tersebut, supaya tuntas bersihnya. Agar makin sempurna pencernaanku, ku minum 2 gelas air putih.
Setelah itu kubayar makananku, ku pulang ke kost. Hatiku senang, semua hal yang manis & asin hari ini sudah ku coba.
Tinggal pahit getir hidup yang belum ku coba.