- Back to Home »
- Children's Morality for Indonesia's Gold Future
Minggu, 18 Agustus 2013
Di saat semua siswa sekolah menikmati libur, kelas kami tidak dapat mendapatnya. Kemarin tertanggal 17 agustus 2013, kami dari kelas XII IPA 1 & XII IPA 2 beserta paduan suara sekolah disibukkan dengan mengikuti upacara kemerdekaan di Lapangan Bedeng, Pemali. Pagi sekitar jam 7, aku langsung berkemas dengan mandi dan menyiapkan atribut upacara. yaa..daripada kelimpungan entar.
Jam 8, aku dan teman-teman sudah stand by di TKP. Ramai euii. Dari anak bercelana merah, biru, abu-abu sampai yang gak pake celana alias pakai rok. ada juga ormas serta kumpulan guru-guru SD sampai SMA yang mengatasnamakan KORPRI.
Selang menunggu upacara, kerjaannya cuma becanda doang sama teman-teman. Sampai mata kami tertuju pada seorang anak SDN 15 Pemali, di depan warung bu Mis. gerakannya menunjukkan gerak-gerik mencurigakan yang mengarah ke hal-hal yang tidak semestinya ditunjukkan oleh seorang bocah yang belum disunat.
Sulit bagiku untuk menjelaskan pergerakannya karena ku tak ingin blog ku tercemar dengan sesuatu yang berbau over dewasa.
Dalam hati, aku hanya bergumam,bagaimana mungkin bocah yang umurnya belum genap 1 windu bergerak seperti itu. Sehingga iseng-iseng, aku berusaha menganalisis kenapa hal itu dapat terjadi.
Faktor lingkungan tempat tinggal anak aku rasa paling berpengaruh. coba kalian berpikir, darimana ia tahu gerakan itu kalau bukan dari remaja nakal atau teman bermainnya yang pernah atau malah sering ia lihat. Anak-anak memang suka meniru orang di sekitar tapi tidak dilandasi dengan filter kuat guna menyaring mana hal yang baik & mana pula yang buruk. Pada masa-masa seusia anak inilah, peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk "filter" tersebut, baik melalui pendidikan agama di rumah atau sosial bermasyarakat sehingga anak tidak membawa hal-hal yang menurut ia menarik tapi tak etis di masyarakat negeri ini hingga ia dewasa kelak
Keinginan sang anak juga aku nilai cukup berpengaruh. bagaimana semua pendidikan moral dapat ia terapkan kalau tak ada tekad untuk berubah dari jiwanya sendiri. Peran orang terdekat dengannya, seperti ayah, ibu, saudara yang lebih tua & teman-temannya, dapat dijadikan untuk meyakinkan diri anak bahwa penerimaan nilai moral jauh lebih baik ketimbang menghabiskan hidup penuh kenakalan. Pada seusianya, nakal memang boleh untuk melatih kecakapan motorik. Tetapi jangan menghabiskan hidup dengan kenakalan. Ajak si anak untuk melakukan perilaku terpuji sehingga ia tertarik.
Yaa..semoga di hari kemerdekaan ini, Indonesia tidak berhenti untuk melahirkan insan-insan berakhlak, berbudi pekerti, dan berotak cespleng.
Jam 8, aku dan teman-teman sudah stand by di TKP. Ramai euii. Dari anak bercelana merah, biru, abu-abu sampai yang gak pake celana alias pakai rok. ada juga ormas serta kumpulan guru-guru SD sampai SMA yang mengatasnamakan KORPRI.
Selang menunggu upacara, kerjaannya cuma becanda doang sama teman-teman. Sampai mata kami tertuju pada seorang anak SDN 15 Pemali, di depan warung bu Mis. gerakannya menunjukkan gerak-gerik mencurigakan yang mengarah ke hal-hal yang tidak semestinya ditunjukkan oleh seorang bocah yang belum disunat.
Sulit bagiku untuk menjelaskan pergerakannya karena ku tak ingin blog ku tercemar dengan sesuatu yang berbau over dewasa.
Dalam hati, aku hanya bergumam,bagaimana mungkin bocah yang umurnya belum genap 1 windu bergerak seperti itu. Sehingga iseng-iseng, aku berusaha menganalisis kenapa hal itu dapat terjadi.
Faktor lingkungan tempat tinggal anak aku rasa paling berpengaruh. coba kalian berpikir, darimana ia tahu gerakan itu kalau bukan dari remaja nakal atau teman bermainnya yang pernah atau malah sering ia lihat. Anak-anak memang suka meniru orang di sekitar tapi tidak dilandasi dengan filter kuat guna menyaring mana hal yang baik & mana pula yang buruk. Pada masa-masa seusia anak inilah, peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk "filter" tersebut, baik melalui pendidikan agama di rumah atau sosial bermasyarakat sehingga anak tidak membawa hal-hal yang menurut ia menarik tapi tak etis di masyarakat negeri ini hingga ia dewasa kelak
Keinginan sang anak juga aku nilai cukup berpengaruh. bagaimana semua pendidikan moral dapat ia terapkan kalau tak ada tekad untuk berubah dari jiwanya sendiri. Peran orang terdekat dengannya, seperti ayah, ibu, saudara yang lebih tua & teman-temannya, dapat dijadikan untuk meyakinkan diri anak bahwa penerimaan nilai moral jauh lebih baik ketimbang menghabiskan hidup penuh kenakalan. Pada seusianya, nakal memang boleh untuk melatih kecakapan motorik. Tetapi jangan menghabiskan hidup dengan kenakalan. Ajak si anak untuk melakukan perilaku terpuji sehingga ia tertarik.
Yaa..semoga di hari kemerdekaan ini, Indonesia tidak berhenti untuk melahirkan insan-insan berakhlak, berbudi pekerti, dan berotak cespleng.