Kamis, 29 Agustus 2013

Pada suatu hari, ada 2 orang kakak beradik yang bernama Iqbal & Naufal. Mereka adalah remaja, sama seperti kita. Iqbal kelas 12 SMA & Naufal kelas 1 SMP. Keduanya sangat hobi membahas hal-hal yang ada di sekitar mereka. Seperti biasa, sore itu, mereka pun ngobrol di teras rumah.

"Dek, abang dengar dari teman-teman, katanya kamu itu terkenal pelit ya? Disuruh Rohis (Ekstrakulikuler Rohani Islam) nyumbang lima ribu, kamu gak mau?"  kata Iqbal. Tak terima dikata pelit, Noval pun memebantah, "Haa?! siapa yang bilang kalau adek pelit?"

"Jul Kifli, si ketua Rohis SMP kamu." gumam Iqbal.

"Alaah, fitnah doang tu. Bukannya adek pelit Bang. Adek hanya terbayang gimana susahnya ayah kita pontang panting kerja serabutan tiap hari buat kasih makan abang & emak. Apalagi adek, abang tahu sendiri kan adek kalau makan kayak buldozer. Langsung labrak aja." sanggah Naufal yang bertubuh tambun tersebut.

" Tapi jangan sampai keadaan ayah yang seperti ini bikin kamu jadi enggan beramal fal." kata Iqbal sambil  menggeleng-geleng kepala.

"Huu..abang emang gak ngerti gimana harusnya kita berhemat." tampak Naufal mulai memancungkan bibir tanda kesal dituduh pelit.

Iqbal memegang dagunya sambil memandang Noval. Ia masih memikirkan bagaimana cara meyakinkan Adik kandungnya itu.

"Mmm..adek mau gak abang ceritain tentang satu pengalaman yang paling berkesan buat abang?"

"Mau dong. Cepet ceritain Bang." kata Noval sambil tersenyum riang.

"Begini ceritanya,"



Waktu itu, Abang masih kelas 5 SD & sangat hobi menabung. Setengah dari uang jajan abang setiap hari pasti masuk ke dalam celengan. Jajan pun seadanya saja demi memperoleh tabungan yang banyak.

Sampai hari itu, sewaktu pulang sekolah, abang melihat orang gila yang berpakaian sangat kumal sekali. Hitam legam bak arang. Tapi abang melihat ada yang aneh dari ekspresi wajahnya.

Ia tampak kelaparan tapi tak tahu apa yang harus dimakan. Kasihan sekali melihatnya. Meski ia tak memiliki akal sehat, tapi ia pasti memiliki rasa lapar bukan?

Abang coba merogoh kocek & hanya ada seribu rupiah yang hendak abnag sisihkan untuk tabungan. tapi abang kira tak apalah memberikan uang tersebut padanya. Yaa..asalkan ia tak kelaparan lagi.

"Mau tahu kelanjutannya dek?" tanya iqbal.

"Ya..ya..ya..!" teriak noval bersemangat.

Setelah abang memeberikan uang itu pada orang gila, abang pun langsung pulang. Tak terpikir apapun. Hingga pada sore hari, datang paman Syaiful yang pedagang sukses itu ke rumah & memberikan uang 10 ribu.

"10 kali lipat?!" Noval terkejut.

"Ya, 10 kali lipat. Coba kalau abang beri 100 ribu, pasti abang dapat 1 juta." senyum Iqbal pada Noval yang mata duitan itu.

"Wow!!! kalau aku seperti itu terus, bisa-bisa aku kaya raya seperti Haji Yasin itu. Hahaha." tawa Noval

Iqbal mengangguk. "Yups, itu baru balasan di dunia saja, Val. Belum lagi ganjaran pahala di akhirat kelak. Tapi ingatlah, zakat itu rukun Islam yang ke-4. kalau kamu tidak pernah pernah berzakat, bersedekah, berinfaq dan sebagainya, kamu tidak akan pernah dianggap sebagai seorang muslim sejati."

Noval terdiam. Ia sadar betapa pentingnya zakat meski keluarga mereka kurang mampu secara ekonomi. Tak akan pernah jatuh miskin orang yang suka berinfaq di jalan-Nya karena rizki telah diatur untuk setiap makhluk yang ada di dunia.

Dengan mata berkaca-kaca, Noval menatap Abangnya Iqbal lalu berkata,

"Terima kasih Bang. Adek sayang Abang."


Pemali, 29 Agustus 2013



- Copyright © Faturrachman's Blog -Metrominimalist- Powered by Blogger - Kreasi oleh Faturrachman -