Archive for Maret 2015
De Javu
Pagi tadi aku pulang dari Katineung, rumah makan yang ada di belakang bale. Jaraknya cuma 50 meter dari pintu belakang pagar bale. Oleh karena itu aku sering makan disana. Selain dekat & menghemat waktu perjalanan, tentunya katineung menyediakan makanan yang bagiku cukup bersahabat di kantong. Makan pagi lauk ondel bakso, telur ceplok, tahu sambal, bala-bala + dancow hangat cuma menghabiskan biaya 13 ribu. Hahaha...kalau di Bangka, 13 ribu hanya dapat nasi & pucuk ubi. Ada tambahan ikannya sih, teri.
Eh, tapi bukan itu yang sebenarnya ingin aku ceritakan.
Pada saat pulang ke bale setelah makan tadi, aku melewati gerbang belakang. Kulihat kucing mengeong di pagar, menatapku seperti minta makan & diusap badannya. Tingkahnya mmbuatku teringat Ubud, kucing pertamaku ketika tinggal di rumah Atok dulu.
Alunan musik dangdut & bau asap bakaran daun dari rumah warga juga membuatku merasa de javu, seolah semua hal yang aku lihat sekarang sudah pernah terjadi. Entah ini perasaan rindu untuk pulang atau hanya kebetulan semata, aku pun tak tahu. Tapi akhir-akhir ini aku sering melihat Jatinangor tak ubahnya Toboali di waktuku kecil.
Setelah bangun tidur siang, aku tak sengaja memandangi suasana jatinangor & gunung Geulis di sore hari. Berkabut asap diselimuti langit kekuningan. Cantik, cantik sekali. Tak pernah bosan aku memandang suasana sore. Meski di hati aku ingin melihat matahari tenggelam di horizon laut.
Tapi sudahlah, pemandangan sunset di gunung juga tak kalah bagus kok. Lumayan menghibur diri yang stres ditempa materi tak habis-habis. Hahaha...
Eh, tapi bukan itu yang sebenarnya ingin aku ceritakan.
Pada saat pulang ke bale setelah makan tadi, aku melewati gerbang belakang. Kulihat kucing mengeong di pagar, menatapku seperti minta makan & diusap badannya. Tingkahnya mmbuatku teringat Ubud, kucing pertamaku ketika tinggal di rumah Atok dulu.
Alunan musik dangdut & bau asap bakaran daun dari rumah warga juga membuatku merasa de javu, seolah semua hal yang aku lihat sekarang sudah pernah terjadi. Entah ini perasaan rindu untuk pulang atau hanya kebetulan semata, aku pun tak tahu. Tapi akhir-akhir ini aku sering melihat Jatinangor tak ubahnya Toboali di waktuku kecil.
Setelah bangun tidur siang, aku tak sengaja memandangi suasana jatinangor & gunung Geulis di sore hari. Berkabut asap diselimuti langit kekuningan. Cantik, cantik sekali. Tak pernah bosan aku memandang suasana sore. Meski di hati aku ingin melihat matahari tenggelam di horizon laut.
Tapi sudahlah, pemandangan sunset di gunung juga tak kalah bagus kok. Lumayan menghibur diri yang stres ditempa materi tak habis-habis. Hahaha...
Rabu, 04 Maret 2015
Aku & Ebook
Selama di kampus ini, aku melihat semua orang, baik itu kakak tingkat, teman seangkatan, dosen muda, senior, bahkan profesor emeritus yang seharusnya menikmati masa tua di rumah, bergerak aktif. Mengajar, ikut organisasi, ikut lomba, ikut ini ikut itu banyak sekali.
Setting/latar :
Doraemon
Sementara aku mengedap di kamar. Dengan modal laptop & wifi unpad, yang kebetulan dipasang di bale, kerjaku hanya main internet seharian. Kalau tidak buka situs humor 1cak, ya buka youtube. Padahal ada banyak ebook kedokteran yang sudah aku download & menjerit-jerit di folder, minta dibaca.
Kalau dibuat cerita, kurang lebih seperti ini,
Setting/latar :
Kamar 3x4 beisi ranjang & meja belajar. Suasana siang & malam sama karena jendela ditutup tirai & lampu menyala 24 jam.
Pemeran :
Ebook : B Aku : F
B : Tur,
B : Tur,
F : Iya, buku.
B : kapan kau membacaku? Padahal kamu selalu ada waktu di depan laptop
B : kapan kau membacaku? Padahal kamu selalu ada waktu di depan laptop
F : Sabar ya buku, nanti kalau aku ada tugas pasti aku bukain kok.
B : #klik kanan delete otomatis
Sesingkat itu saja ceritanya. Kalau dibuat kartun, mungkin ini kartun berdurasi paling pendek di dunia. Karena sekali lagi, memang itu yang terjadi di kehidupan nyata.
persis cerita di majalah hidayah. Nyata tapi serupa fiksi.
Sesingkat itu saja ceritanya. Kalau dibuat kartun, mungkin ini kartun berdurasi paling pendek di dunia. Karena sekali lagi, memang itu yang terjadi di kehidupan nyata.
persis cerita di majalah hidayah. Nyata tapi serupa fiksi.
Ah sudah lah, hubunganku dengan buku memang kurang mesra akhir-akhir ini. UTS tinggal 2 minggu lagi, sekarang saatnya bergegas bekerjasama dengan pdf.
Selasa, 03 Maret 2015
Sp.OG
Sebenarnya aku sudah lama gak ngisi blog, lagi gak ada mood buat nulis. Padahal ada banyak unek-unek yang bisa ditulis di blog. Tapi ya sudah lah, yang penting sekarang sudah nulis lagi.
Kenapa aku kembali nulis? Ada kisah yang melatarbelakangi & memotivasiku untuk kembali.
Hari ini, senin 2 maret 2015, aku yang berada di grup tutor 17 mendapatkan jadwal skill's lab. Skill Lab berisikan materi keterampilan klinis yang melatih kami agar dapat melakukan tindakan medis. Ada banyak skill yang harus kami pelajari & kuasai selama 5 tahun kedepan ini. Inilah yang menjadi modal kami sebagai calon dokter untuk berkarir di dunia kesehatan, khususnya dalam layanan primer di puskesmas & rumah sakit daerah.
Nah, karena semester 2 meruapakan blok reproduksi, maka materi skills lab hari ini adalah asuhan persalinan normal (APN), yakni tatalaksana kelahiran bayi, mulai dari menyapa ibu & dokter penguji, mengecek pembukaan serviks & kala kelahiran, mengukur keadaan vital ibu, detak jantung janin, memimpin persalinan, mengajari ibu cara mengedan, mengukur waktu & durasi kontraksi uterus, memegang bayi saat lahir, memotong tali pusar, menyuntikkan oksitosin untuk mengeluarkan plasenta (kalau di daerahku disebut "kakaknya si bayi"), mengecek kondisi plasenta, sampai menyuntikkan 3 cc metergin di 1/3 mediolateral paha (femur) ibu.
Bagiku skills ini mudah mudah susah. Mudah dilakukan, tapi susah untuk dijelaskan / diungkapkan. Padahal menjelaskan prosedur tatalaksana skills merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan nilai yang bagus di ujian OSCE (Objective Student Clinical Examination) yang ada di tiap UAS. Satu lagi, mendapatkan nilai A di OSCE adalah kewajiban bagi tiap mahasiswa FK Unpad supaya bisa naik tingkat.
Berarti memang sudah nasibku menerima kesulitan seperti ini. Jika pada hari biasa aku bisa berbicara lancar, pada saat OSCE tiba-tiba mulut kram & bicaraku pun terbata-bata. Perbandingannya 11 : 12 dengan Aziz Gagap.
Untungnya hari ini aku mendapatkan seorang dokter tutor yang baik. Nama beliau dr. Ruswana Anwar, Sp.OG (K), M.Kes. Kira-kira beliau berumur 50an tahun. Tak hanya ramah, dr. Ruswana sangat fasih menjelaskan APN pada kami. Aku iri dengan dokter ini. Lancar sekali lisannya.
Aku sadar kemampuanku sangat jauh di bawah beliau. Aku ingin memperbaiki segala kekuranganku saat ini, baik itu kelemahan dalam berbicara, belajar, maupun soft skills. Aku ingin kelak kemampuan klinisku setara dokter-dokter hebat di FK Unpad ini, setara dr. Ruswana.
Kelak, namaku tertera di plang nama praktek klinik, Faturrachman, dr, Sp.OG(K), M.Biomed. Indah sekali.
Ya, perjalananku masih panjang. Sudah menjadi tugasku untuk menyiapkan segala modal pengetahuan demi cita-cita & kemashalatan masyarakat. Semoga aku selalu diberi semangat juang tinggi oleh Allah SWT,
Kenapa aku kembali nulis? Ada kisah yang melatarbelakangi & memotivasiku untuk kembali.
Hari ini, senin 2 maret 2015, aku yang berada di grup tutor 17 mendapatkan jadwal skill's lab. Skill Lab berisikan materi keterampilan klinis yang melatih kami agar dapat melakukan tindakan medis. Ada banyak skill yang harus kami pelajari & kuasai selama 5 tahun kedepan ini. Inilah yang menjadi modal kami sebagai calon dokter untuk berkarir di dunia kesehatan, khususnya dalam layanan primer di puskesmas & rumah sakit daerah.
Nah, karena semester 2 meruapakan blok reproduksi, maka materi skills lab hari ini adalah asuhan persalinan normal (APN), yakni tatalaksana kelahiran bayi, mulai dari menyapa ibu & dokter penguji, mengecek pembukaan serviks & kala kelahiran, mengukur keadaan vital ibu, detak jantung janin, memimpin persalinan, mengajari ibu cara mengedan, mengukur waktu & durasi kontraksi uterus, memegang bayi saat lahir, memotong tali pusar, menyuntikkan oksitosin untuk mengeluarkan plasenta (kalau di daerahku disebut "kakaknya si bayi"), mengecek kondisi plasenta, sampai menyuntikkan 3 cc metergin di 1/3 mediolateral paha (femur) ibu.
Bagiku skills ini mudah mudah susah. Mudah dilakukan, tapi susah untuk dijelaskan / diungkapkan. Padahal menjelaskan prosedur tatalaksana skills merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan nilai yang bagus di ujian OSCE (Objective Student Clinical Examination) yang ada di tiap UAS. Satu lagi, mendapatkan nilai A di OSCE adalah kewajiban bagi tiap mahasiswa FK Unpad supaya bisa naik tingkat.
Berarti memang sudah nasibku menerima kesulitan seperti ini. Jika pada hari biasa aku bisa berbicara lancar, pada saat OSCE tiba-tiba mulut kram & bicaraku pun terbata-bata. Perbandingannya 11 : 12 dengan Aziz Gagap.
Untungnya hari ini aku mendapatkan seorang dokter tutor yang baik. Nama beliau dr. Ruswana Anwar, Sp.OG (K), M.Kes. Kira-kira beliau berumur 50an tahun. Tak hanya ramah, dr. Ruswana sangat fasih menjelaskan APN pada kami. Aku iri dengan dokter ini. Lancar sekali lisannya.
Aku sadar kemampuanku sangat jauh di bawah beliau. Aku ingin memperbaiki segala kekuranganku saat ini, baik itu kelemahan dalam berbicara, belajar, maupun soft skills. Aku ingin kelak kemampuan klinisku setara dokter-dokter hebat di FK Unpad ini, setara dr. Ruswana.
Kelak, namaku tertera di plang nama praktek klinik, Faturrachman, dr, Sp.OG(K), M.Biomed. Indah sekali.
Ya, perjalananku masih panjang. Sudah menjadi tugasku untuk menyiapkan segala modal pengetahuan demi cita-cita & kemashalatan masyarakat. Semoga aku selalu diberi semangat juang tinggi oleh Allah SWT,
Minggu, 01 Maret 2015
