Rabu, 04 Maret 2015

Pagi tadi aku pulang dari Katineung, rumah makan yang ada di belakang bale. Jaraknya cuma 50 meter dari pintu belakang pagar bale. Oleh karena itu aku sering makan disana. Selain dekat & menghemat waktu perjalanan, tentunya katineung menyediakan makanan yang bagiku cukup bersahabat di kantong. Makan pagi lauk ondel bakso, telur ceplok, tahu sambal, bala-bala + dancow hangat cuma menghabiskan biaya 13 ribu. Hahaha...kalau di Bangka, 13 ribu hanya dapat nasi & pucuk ubi. Ada tambahan ikannya sih, teri.

Eh, tapi bukan itu yang sebenarnya ingin aku ceritakan.

Pada saat pulang ke bale setelah makan tadi, aku melewati gerbang belakang. Kulihat kucing mengeong di pagar, menatapku seperti minta makan & diusap badannya. Tingkahnya mmbuatku teringat Ubud, kucing pertamaku ketika tinggal di rumah Atok dulu.

Alunan musik dangdut & bau asap bakaran daun dari rumah warga juga membuatku merasa de javu, seolah semua hal yang aku lihat sekarang sudah pernah terjadi. Entah ini perasaan rindu untuk pulang atau hanya kebetulan semata, aku pun tak tahu. Tapi akhir-akhir ini aku sering melihat Jatinangor tak ubahnya Toboali di waktuku kecil.

Setelah bangun tidur siang, aku tak sengaja memandangi suasana jatinangor & gunung Geulis di sore hari. Berkabut asap diselimuti langit kekuningan. Cantik, cantik sekali. Tak pernah bosan aku memandang suasana sore. Meski di hati aku ingin melihat matahari tenggelam di horizon laut.

Tapi sudahlah, pemandangan sunset di gunung juga tak kalah bagus kok. Lumayan menghibur diri yang stres ditempa materi tak habis-habis. Hahaha...

Komentar Anda

Langganan Posting | Langganan Komentar

- Copyright © Faturrachman's Blog -Metrominimalist- Powered by Blogger - Kreasi oleh Faturrachman -