- Back to Home »
- Untuk Apa Hidup?
Kekhawatiran selalu ada, terutama tentang masa depan diri. Kerja apa? Bagaimana mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya? Apa bisa bahagia?
Pikiran-pikiran itu hanya menghabiskan waktu di masa sekarang. Kenikmatan hidup di masa kini luput tuk dirasakan. Berlalu begitu saja seiring putaran jarum jam.
Keresahan menciptakan kebosanan. Pertanyaan "Untuk apa hidup?" lalu lalang di tempurung kepala, tapi jawabannya nihil. Sulit dijawab.
Seorang filsuf dari Slovenia, Slavoj Zizek pernah berkata yang isinya kira-kira begini, "Kebosanan memicu kreativitas. Jika kau mencari kebahagiaan dalam diri, yang kau temukan hanyalah onggokan kotoran."
Sementara, ribuan tahun sebelum Masehi, seorang kaisar Romawi bernama Marcus Aurelius menulis di jurnal pribadinya. Ia menasehati diri, bahwa kebahagiaan bukan berasal dari luar diri, tapi berasal dari persepsi dalam pikiran.
Aku terombang-ambing di antara kebosanan hidup & usaha mencari kebahagiaan sejati. Terjebak di antara konsep nihilisme & optimisme. Tapi akhirnya, hanya satu pertanyaan yang familiar bagiku : "Hari ini enaknya makan apa ya?".
Urusan lidah & perut rupanya cukup efektif guna menyenangkan hati, meski sesaat.